Saat aku dengan santai bersantai di sofaku, anak tiri mudaku melenggang masuk, matanya terkunci pada berang-berang dewasa berbulu milikku.Aku tahu dia ingin mengintip barang-barangku, dan aku lebih dari bersedia untuk menurut.Wajahnya berbinar penuh antisipasi saat aku perlahan-lahan mengungkap asetku yang cukup.Matanya terpaku pada pantatku, nafasnya memburu di tenggorokannya.Aku bisa merasakan bangunan hasratnya, dan aku memutuskan untuk sedikit menggodanya.Kubiarkan dia memandang baik semakku, matanya terbelalak kagum.Wajah dia memerah karena terangsang, matanya memohon dengan kegembiraan kepadaku.Aku membiarkan matanya menyentuhnya.Aku tidak bisa menolak tatapannya dan membiarkannya bernafsu untuk mengeksplorasi harta karunku.Keinginan nafsuku mengarah pada perjumpaan panasnya.Hasiran panas yang mengarah pada pertemuan panasku dengan gairah.